12 August 2009

Kesalahan Umum Berkaitan dengan Solat

Solat adalah amal pertama yang dihisab Allah. Jika solat seseorang baik maka baik pula seluruh amalnya. Demikian pun sebalik-nya. Tetapi ironinya, banyak umat Islam yang melalaikan urusan solat. Berikut ini yang sering dilalaikan sebahagian umat Islam dalam hal solat.
1. Meninggalkan solat sama sekali. Ini adalah suatu kekufuran berdasarkan Al-Qur'an, As-Sunnah dan ijma'. Allah berfirman, artinya: "Apakah yang membuat kalian masuk ke dalam Neraka Saqar?' Mereka menjawab, '(Karena) kami dulu tidak termasuk orang-orang yang mendirikan solat'." (Al-Muddatstsir: 4).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, ertinya: "Perjanjian antara kami dengan mereka adalah solat, barang-siapa meninggalkannya maka dia telah kafir." (HR. Ahmad dan lainnya, shahih).
Adapun dalil dari ijmak adalah ucapan Abdullah bin Syaqiq : "Para sahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam tidak berpendapat ada suatu amalan yang jika ditinggalkan menjadikan kufur kecuali masalah solat." (Diriwayatkan At-Tirmidzi dan lainnya dengan sanad shahih).

2. Mengakhirkan solat. Sebab ia bertentangan dengan firman Allah, ertinya: "Sesungguhnya solat itu wajib atas orang-orang beriman pada waktu yang telah ditentukan." (An-Nisa': 103).
Kerana itu, mengakhirkan solat tanpa udzur yang dibolehkan syarak adalah dosa besar. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, ertinya: "Itu adalah solat orang munafik. Ia duduk menunggu matahari, sampai jika matahari telah berada di antara dua tanduk syaitan (hendak tenggelam) ia berdiri dan menukik empat rakaat, sedang ia tidak mengingat Allah di dalamnya kecuali sedikit." (HR. Muslim).

3. Meninggalkan solat berjamaah. Solat berjamaah adalah wajib kecuali bagi orang yang memiliki udzur yang dibolehkan syara'. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, ertinya: "Siapa yang mendengarkan seruan azan tetapi tidak memenuhinya maka tidak ada solat baginya, kecuali kerana udzur." (HR. Ibnu Majah dan lainnya dengan sanad kuat). Allah berfirman, artinya: "Dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'." (Al-Baqarah: 43). Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, artinya: "Kemudian aku mengutus (utusan) kepada orang-orang yang tidak solat berjamaah, sehingga aku bakar rumah-rumah mereka." (Muttafaq Alaih). Dan cukuplah bagi mereka yang menginginkan syi'ar Islam dengan memulai lewat gerakan solat berjama'ah.

4. Tidak thuma'ninah dalam solat. Thuma'ninah adalah rukun solat. Solat tidak sah jika tidak thuma'ninah. Thuma'ninah artinya, tenang ketika sedang ruku', i'tidal, sujud dan duduk antara dua sujud. Tenang di sini maksudnya, sampai tulang-tulang kembali pada posisi dan persendiannya, tidak tergesa-gesa dalam pergantian dari satu rukun ke rukun lainnya. Demikianlah, sehingga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepada orang yang tergesa-gesa dalam shalatnya dan tidak thuma'ninah bersabda, ertinya: "Kembali dan solatlah, sesungguhnya engkau belum solat."

5. Tidak khusyuk dan banyak gerakan dalam solat. Allah memuji orang-orang yang khusyu' dalam solatnya. Allah berfirman, ertinya: "(Iaitu) orang-orang yang khusyuk dalam solatnya." (Al-Mukminun: 2). Kerana itu, hendaknya setiap orang yang solat, khusyu' dalam shalatnya, sehingga memperoleh pahala yang sempurna.

6. Mendahului atau menyelisihi imam. Ini bisa mengakibatkan batalnya solat atau rakaat. Kerana itu, hendaknya makmum mengikuti imam, tidak mendahului atau terlambat daripadanya, baik satu rukun atau lebih. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, ertinya: "Sesungguhnya diadakannya imam itu untuk diikuti, karena itu jika ia bertakbir maka bertakbirlah, dan jangan kalian bertakbir sampai ia bertakbir, dan jika ia ruku' maka ruku'lah dan jangan kalian ruku' sampai dia ruku'..." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

7. Bangun dari duduk untuk menyempurnakan rakaat sebelum imam selesai dari salam yang kedua.

8. Memandang ke langit (atas) atau menoleh ke kiri dan ke kanan ketika solat. Hal ini telah diancam oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, artinya: "Hendaklah orang-orang mahu berhenti dari mendongakkan pandangannya ke langit ketika solat atau Allah tidak mengembalikan pandangannya kepada mereka." (HR. Muslim).
Adapun menoleh yang tidak diperlukan maka hal itu mengurangi kesempurnaan solat, dan jika sampai lurus ke arah lain maka hal itu membatalkan solat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, ertinya: "Jauhilah dari menoleh dalam solat, kerana sesungguhnya ia adalah suatu kebinasaan." (HR. At-Tirmidzi dan dishahihkannya).

9. Mengenakan pakaian tipis yang tidak menutupi aurat. Hal ini membatalkan solat, kerana menutup aurat merupakan syarat sahnya solat.

10. Tidak memakai kerudung dan menutupi telapak kaki bagi wanita. Aurat wanita dalam solat adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan (termasuk punggungnya). Ummu Salamah x ditanya tentang pakaian solat wanita. Beliau menjawab: "Hendaknya ia solat dengan kerudung, dan baju kurung panjang yang menu-tupi kedua telapak kakinya."

11. Lewat (melintas) di depan orang yang sedang solat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, ertinya: "Seandainya orang yang lewat di depan orang solat itu mengetahui dosanya, tentu berhenti (menunggu) empat puluh (tahun) lebih baik baginya daripada lewat di depannya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

12. Tidak melakukan takbiratul ihram ketika mendapati imam sedang ruku'. Takbiratul ihram adalah rukun solat karena itu ia wajib dilakukan dan dalam keadaan berdiri, baru kemudian mengikuti imam yang sedang ruku'.

13. Tidak langsung mengikuti keadaan imam ketika masuk masjid. Orang yang masuk masjid hendaknya langsung mengikuti imam, baik ketika itu ia sedang duduk, sujud atau lainnya (tentunya setelah takbiratul ihram, sebagaimana disebutkan di muka). Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, ertinya: "Jika kalian datang untuk solat dan kami sedang sujud, maka sujudlah!" (HR. Abu Daud - shahih).

14. Melakukan sesuatu yang melalaikannya dari solat. Ini menunjukkan bahawa dia lebih menuruti hawa nafsu daripada mentaati Allah. Betapa banyak orang yang tetap sibuk dengan pekerjaannya, menonton TV, ngobrol dan sebagai-nya sementara seruan azan telah berkumandang. Padahal melalaikan solat dan mengingat Allah adalah suatu bencana besar. Allah berfirman, ertinya: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikanmu dari mengingat Allah, barangsiapa melakukan demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi." (Al-Munafiqun: 9).

15. Memejamkan mata ketika solat tanpa keperluan. Ini adalah makruh. Ibnu Qayyim berkata, 'Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak mencontohkan solat dengan meme-jamkan mata.' Akan tetapi jika memejamkan mata tersebut diperlukan misalnya, kerana di hadapannya ada lukisan atau sesuatu yang menghalangi kekhusyukannya maka hal itu tidak makruh.

16. Makan atau minum dalam solat. Ini membatalkan solat. Ibnul Mundzir berkata, 'Para ahli ilmu sepakat bahwa orang yang solat dilarang makan dan minum.' Kerana itu, bila masih terdapat sisa makanan di mulut, seseorang yang sedang solat tidak boleh menelannya tetapi hendaknya mengeluarkannya dari mulutnya.

17. Tidak meluruskan dan merapatkan barisan. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, ertinya: "Kalian mahu meluruskan barisan-barisan kalian atau Allah akan membuat perselisihan di antara hati-hati kalian." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Adapun rapatnya barisan, sebagaimana yang dipraktikkan para sahabat adalah pundak dan telapak kaki seseorang merapat dengan pundak dan telapak kaki kawannya.

18. Imam tergesa-gesa dalam solatnya dan tidak thuma'ninah, sehingga menjadikan makmum juga tergesa-gesa, tidak thuma'ninah dan tidak sempat membaca Fatihah. Setiap imam akan ditanya tentang solatnya, dan thuma'ninah adalah rukun, kerana itu ia wajib atas imam kerana dia adalah yang diikuti.

19. Tidak memperhatikan sujud dengan tujuh anggota. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, ertinya: "Kami diperintahkan untuk sujud dengan tujuh anggota; kening -dan beliau mengisyaratkan dengan tangannya sampai ke hidungnya, dua tangan, dua lutut dan dua telapak kaki." (Muttafaq-Alaih).

20. Membunyikan ruas jari-jari ketika solat. Ini adalah makruh. Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan: "Aku solat di sisi Ibnu Abbas dan aku membunyikan jari-jariku. Setelah selesai solat, ia berkata, 'Celaka kamu, apakah kamu membunyikan jari-jarimu dalam keadaan solat?"

21. Mempersilakan menjadi imam kepada orang yang tidak pantas menjadi imam. Imam adalah orang yang diikuti, karena itu ia harus faqih (paham dalam urusan agama) dan qari' (pandai membaca Al-Qur'an). Para ulama menetapkan, tidak boleh dipersilakan menjadi imam orang yang tidak baik bacaan Al-Qur'annya, atau yang dikenal dengan kemaksiatannya (fasiq), meskipun demikian, kalau itu terjadi maka solat makmum tetap sah.

22. Membaca Al-Qur'an secara tidak baik dan benar. Ini adalah kekurangan yang nyata. Kerana itu, setiap muslim harus berusaha untuk membaca Al-Qur'an, terutama dalam solatnya dengan baik dan benar. Allah berfirman, artinya: "Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan tartil." (Al-Muzzammil: 4).

23. Wanita pergi ke masjid dengan perhiasan dan wewangian. Ini adalah kemunkaran yang tampak nyata baik di bulan Ramadan atau di waktu lainnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, ertinya: "Jangan melarang wanita-wanita pergi ke masjid, dan hendaknya mereka keluar dalam keadaan tidak berhias dan memakai wewangian." (HR. Ahmad dan Abu Daud, shahih).

Jaga 7 Sunnah Nabi s.a.w

Cerdasnya orang yang beriman adalah, dia yang mampu
mengolah hidupnya yang sesaat, yang sekejap untuk hidup yang panjang. Hidup bukan untuk hidup, tetapi hidup untuk Yang Maha Hidup. Hidup bukan untuk mati, tapi mati itulah untuk hidup.


Kita jangan takut mati, jangan mencari mati, jangan lupakan mati, tapi rindukan mati. Kerana, mati adalah pintu berjumpa dengan Allah SWT. Mati bukanlah cerita dalam akhir hidup, tapi mati adalah awal cerita sebenarnya, maka sambutlah kematian dengan penuh ketakwaan.

Hendaknya kita selalu menjaga tujuh sunnah Nabi setiap hari. Ketujuh sunnah Nabi SAW itu adalah:

Pertama, tahajjud,
kerana kemuliaan seorang mukmin terletak pada tahajjudnya.

Kedua, membaca Al-Qur'an sebelum terbit matahari Alangkah baiknya sebelum mata melihat dunia, sebaiknya mata membaca Al-Qur'an terlebih dahulu dengan penuh pemahaman.

Ketiga, jangan tinggalkan masjid terutama di waktu shubuh. Sebelum melangkah kemana pun langkahkan kaki ke masjid, kerana masjid merupakan pusat keberkahan, bukan kerana panggilan muadzin tetapi panggilan Allah yang
mencari orang beriman untuk memakmurkan masjid Allah.

Keempat, jaga solat dhuha,
kerana kunci rezeki terletak pada solat dhuha.

Kelima, jaga sedekah setiap hari.
Allah menyukai orang yang suka bersedekah, dan malaikat Allah selalu mendoakan kepada orang yang bersedekah setiap hari.

Keenam, jaga wudhu terus menerus
kerana Allah menyayangi hamba yang berwudhu. Kata khalifah Ali bin Abu Thalib, "Orang yang selalu berwudhu senantiasa ia akan merasa selalu solat walau ia sedang tidak solat, dan dijaga oleh malaikat dengan dua doa, ampuni dosa dan sayangi dia ya
Allah".

Ketujuh, amalkan istighfar setiap saat.
Dengan istighfar masalah yang terjadi kerana dosa kita akan dijauhkan oleh Allah.

Zikir adalah bukti syukur kita kepada Allah. Bila kita kurang bersyukur, maka kita kurang berzikir pula, oleh kerana itu setiap waktu harus selalu ada penghayatan dalam melaksanakan ibadah ritual dan ibadah ajaran Islam lainnya.

Zikir juga merupakan makanan rohani yang paling bergizi, dan dengan zikir berbagai kejahatan dapat ditangkal sehingga jauhlah umat manusia dari sifat-sifat yang berpangkal pada materialisme dan hedonisme.

Ilmu Laduni, Antara Hakikat dan Khurafat

Manusia dilahirkan di bumi ini dalam keadaan bodoh, tidak mengerti apa-apa. Lalu Allah mengajarkan kepadanya berbagai macam nama dan pengetahuan agar ia bersyukur dan mengabdikan dirinya kepada Allah dengan penuh kesadaran dan pengertian. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." (An-Nahl: 78)

Pada hakikatnya, semua ilmu makhluk adalah "Ilmu Laduni" artinya ilmu yang berasal dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Para malaikat-Nya pun berkata:
"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami." (Al-Baqarah: 32)

Ilmu laduni dalam pengertian umum ini terbagi menjadi dua bagian. Pertama, ilmu yang didapati tanpa belajar (wahbiy). Kedua, ilmu yang didapati kerana belajar (kasbiy).
Bahagian pertama (didapat tanpa belajar) terbahagi menjadi dua macam:

1. Ilmu Syar'iat, yaitu ilmu tentang perintah dan larangan Allah yang harus disampaikan kepada para Nabi dan Rasul melalui jalan wahyu (wahyu tasyri'), baik yang langsung dari Allah maupun yang menggunakan perantaraan malaikat Jibril. Jadi semua wahyu yang diterima oleh para nabi semenjak Nabi Adam alaihissalam hingga nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah ilmu laduni termasuk yang diterima oleh Nabi Musa dari Nabi Khidlir . Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang Khidhir:

"Yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami." (Al-Kahfi: 65)
Di dalam hadits Imam Al Bukhari, Nabi Khidlir alaihissalam berkata kepada Nabi Musa alaihissalam:
"Sesungguhnya aku berada di atas sebuah ilmu dari ilmu Allah yang telah Dia ajarkan kepadaku yang engkau tidak mengetahuinya. Dan engkau (juga) berada di atas ilmu dari ilmu Allah yang Dia ajarkan kepadamu yang aku tidak mengetahuinya juga."
Ilmu syari'at ini sifatnya mutlak kebenarannya, wajib dipelajari dan diamalkan oleh setiap mukallaf (baligh dan mukallaf) sampai datang ajal kematiannya.

2. Ilmu Ma'rifat (hakikat), iaitu ilmu tentang sesuatu yang ghaib melalui jalan kasyf (wahyu ilham/terbukanya tabir ghaib) atau ru'ya (mimpi) yang diberikan oleh Allah kepada hamba-hambaNya yang mukmin dan shalih. Ilmu kasyf inilah yang dimaksud dan dikenal dengan julukan "ilmu laduni" di kalangan ahli tasawwuf. Sifat ilmu ini tidak boleh diyakini atau diamalkan manakala menyalahi ilmu syari'at yang sudah termaktub di dalam mushaf Al-Qur'an maupun kitab-kitab hadits. Menyalahi di sini bisa berbentuk menentang, menambah atau mengurangi.


Bahagian Kedua

Adapun bahagian kedua iaitu ilmu Allah yang diberikan kepada semua makhluk-Nya melalui jalan kasb (usaha) seperti dari hasil membaca, menulis, mendengar, meneliti, berfikir dan lain sebagainya.

Dari ketiga ilmu ini (syari'at, ma'rifat dan kasb) yang paling utama adalah ilmu yang bersumber dari wahyu yaitu ilmu syari'at, karena ia adalah guru. Ilmu kasyf dan ilmu kasb tidak dianggap apabila menyalahi syari'at. Inilah hakikat pengertian ilmu laduni di dalam Islam.

Khurafat Shufi

Istilah "ilmu laduni" secara khusus tadi telah terkontaminasi (tercemari) oleh virus khurafat shufiyyah. Sekelompok shufi mengatakan bahwa:

1. "Ilmu laduni" atau kasyf adalah ilmu yang khusus diberikan oleh Allah kepada para wali shufi. Kelompok selain mereka, lebih-lebih ahli hadits(sunnah), tidak bisa mendapatkannya.
2. "Ilmu laduni" atau ilmu hakikat lebih utama daripada ilmu wahyu (syari'at). Mereka mendasarkan hal itu kepada kisah Nabi Khidlir alaihissalam dengan anggapan bahwa ilmu Nabi Musa alaihissalam adalah ilmu wahyu sedangkan ilmu Nabi Khidhir alaihissalam adalah ilmu kasyf (hakikat). Sampai-sampai Abu Yazid Al-Busthami (261 H.) mengatakan: "Seorang yang alim itu bukanlah orang yang menghapal dari kitab, maka jika ia lupa apa yang ia hapal ia menjadi bodoh, akan tetapi seorang alim adalah orang yang mengambil ilmunya dari Tuhannya di waktu kapan saja ia suka tanpa hapalan dan tanpa belajar. Inilah ilmu Rabbany."
3. Ilmu syari'at (Al-Qur'an dan As-Sunnah) itu merupakan hijab (penghalang) bagi seorang hamba untuk bisa sampai kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
4. Dengan ilmu laduni saja sudah cukup, tidak perlu lagi kepada ilmu wahyu, sehingga mereka menulis banyak kitab dengan metode kasyf, langsung didikte dan diajari langsung oleh Allah, yang wajib diyakini kebenarannya. Seperti Abd. Karim Al-Jiliy mengarang kitab Al-Insanul Kamil fi Ma'rifatil Awakhir wal Awail. Dan Ibnu Arabi (638 H) menulis kitab Al-Futuhatul Makkiyyah.
5. Untuk menafsiri ayat atau untuk mengatakan derajat hadits tidak perlu melalui metode isnad (riwayat), namun cukup dengan kasyf sehingga terkenal ungkapan di kalangan mereka
"Hatiku memberitahu aku dari Tuhanku." Atau
"Aku diberitahu oleh Tuhanku dari diri-Nya sendiri, langsung tanpa perantara apapun."

Sehingga akibatnya banyak hadits palsu menurut ahli hadits, dishahihkan oleh ahli kasyf (tasawwuf) atau sebaliknya. Dari sini kita bisa mengetahui mengapa ahli hadits (sunnah) tidak pernah bertemu dengan ahli kasyf (tasawwuf).

Bantahan Singkat Terhadap Kesesatan di atas
1. Kasyf atau ilham tidak hanya milik ahli tasawwuf. Setiap orang mukmin yang shalih berpotensi untuk dimulyakan oleh Allah dengan ilham. Abu Bakar radhiallahu anhu diilhami oleh Allah bahwa anak yang sedang dikandung oleh isterinya (sebelum beliau wafat) adalah wanita. Dan ternyata ilham beliau (menurut sebuah riwayat berdasarkan mimpi) menjadi kenyataan. Ibnu Abdus Salam mengatakan bahwa ilham atau ilmu Ilahi itu termasuk sebagian balasan amal shalih yang diberikan Allah di dunia ini. Jadi tidak ada dalil pengkhususan dengan kelompok tertentu, bahkan dalilnya bersifat umum, seperti sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasalam:

"Barangsiapa mengamalkan ilmu yang ia ketahui, maka Allah mewariskan kepadanya ilmu yang belum ia ketahui." (Al-Iraqy berkata: HR. Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah dari Anas radhiallahu anhu, hadits dhaif).

2. Yang benar menurut Ahlusunnah wal Jama'ah adalah Nabi Khidhir alaihissalam memiliki syari'at tersendiri sebagaimana Nabi Musa alaihissalam. Bahkan Ahlussunnah sepakat kalau Nabi Musa alaihissalam lebih utama daripada Nabi Khidhir alaihissalam karena Nabi Musa alaihissalam termasuk Ulul 'Azmi (lima Nabi yang memiliki keteguhan hati dan kesabaran yang tinggi, yaitu Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad).

Adapun pernyataan Abu Yazid, maka itu adalah suatu kesalahan yang nyata karena Nabi shallallahu 'alaihi wasalam hanya mewariskan ilmu syari'at (ilmu wahyu), Al-Qur'an dan As-Sunnah. Nabi mengatakan bahwa para ulama yang memahami Al-Kitab dan As-Sunnah itulah pewarisnya, sedangkan anggapan ada orang selain Nabi shallallahu 'alaihi wasalam yang mengambil ilmu langsung dari Allah kapan saja ia suka, maka ini adalah khurafat sufiyyah.

3. Anggapan bahwa ilmu syari'at itu hijab adalah sebuah kekufuran, sebuah tipu daya syetan untuk merusak Islam. Karena itu, tasawwuf adalah gudangnya kegelapan dan kesesatan. Sungguh sebuah sukses besar bagi iblis dalam memalingkan mereka dari cahaya Islam.

4. Anggapan bahwa dengan "ilmu laduni" sudah cukup adalah kebodohan dan kekufuran. Seluruh ulama Ahlussunnah termasuk Syekh Abdul Qodir Al-Jailani mengatakan: "Setiap hakikat yang tidak disaksikan (disahkan) oleh syari'at adalah zindiq (sesat)."

5. Inilah penyebab lain bagi kesesatan tasawwuf. Banyak sekali kesyirikan dan kebid'ahan dalam tasawwuf yang didasarkan kepada hadits-hadits palsu. Dan ini pula yang menyebabkan orang-orang sufi dengan mudah dapat mendatangkan dalil dalam setiap masalah karena mereka menggunakan metode tafsir bathin dan metode kasyf dalam menilai hadits, dua metode bid'ah yang menyesatkan.
Tiada kebenaran kecuali apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau bersabda:
"Wahai manusia belajarlah, sesungguhnya ilmu itu hanya dengan belajar dan fiqh (faham agama) itu hanya dengan bertafaqquh (belajar ilmu agama/ilmu fiqh). Dan barangsiapa yang dikehendaki baik oleh Allah, maka ia akan difaqihkan (difahamkan) dalam agama ini." (HR. Ibnu Abi Ashim, Thabrani, Al-Bazzar dan Abu Nu'aim, hadits hasan). (Abu Hamzah As-Sanuwi).
Maraji':
1. Al-Fathur Rabbaniy, Abdul Qadir Al-Jailani (hal. 159, 143, 232).
2. Al-Fatawa Al-Haditsiyah, Al-Haitamiy (hal. 128, 285, 311).
3. Ihya' Ulumuddin, Al-Ghazali (jilid 3/22-23) dan (jilid 1/71).
4. At-Tasawwuf, Muhammad Fihr Shaqfah (hal. 26, 125, 186, 227).
5. Fathul Bariy, Ibnu Hajar Al-Asqalaniy (I/141, 167).
6. Fiqhut Tasawwuf, Ibnu Taimiah (218).
7. Mawaqif Ahlusunnah, Utsman Ali Hasan (60, 76).
8. Al-Hawi, Suyuthiy (2/197).

02 August 2009

Adab dan Akhlak Islamiyyah: Zikrullah Pengubat Hati

1. MAKSUD ZIKIR :

· Mengingati Allah dengan hati, lisan dan perbuatan



2. TUNTUTAN BERZIKIR KEPADA ALLAH

· Ia merupakan cara manusia berhubung dengan penciptanya

· Orang bertakwa sentiasa mengingati dalam semua keadaan



3. ADAB BERZIKIR

· Menyebut lafaz zikir dengan betul serta memahami maksudnya

· Berzikir dalam keadaan bersih dan suci daripada hadas

· Zikir dengan lafaz-lafaz yang terdapat didalam nas al-Quran atau as-Sunnah

· Merasa kehebatan kekuasaan dan keagungan Allah

· Menggunakan suara yang perlahan

· Perbanyakkan berzikir dalam suasana genting

· Berzikir dengan lafaz tertentu mengikut keadaan dan tempat

· Tidak berzikir semasa qadhak hajat



4. SEBAB PERLU BERADAB KETIKA BERZIKIR

· Supaya tidak menggunakan ketenteraman orang lain

· Untuk mencapai kesempurnan dalam ibadat

· Selaras dengan sunat rasulullah s.a.w

· Supaya zikir diterima Allah

· Berdisiplin dalam menunaikan ibadat



5. HIKMAH BERADAB KETIKA BERZIKIR

· Dikasihi Allah kerana Allah menyukai orang yang melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya

· Mendapat ketenangan jiwa kerana berzikir dengan beradab memberi kesan kepada jiwa seseorang

· Mendidik jiwa supaya mengingati Allah

· Mendapat pahala


6. LAFAZ DAN MASA YANG AFDHAL UNTUK BERZIKIR

· لا إله إلا الله

· Pada awal pagi

· Selepas solat sunat dan fardhu

· Semasa dalam sujud terakhir dalam solat



7. KESAN MENGAMALKAN BERZIKIR DEPADA ALLAH

· Tidak terdedah dengan perkara yang dimurkai Allah kerana tidak mudah dikuasai syaitan dan mampu mengawal nafsu

· Tidak lupa kepada tanggungjawab terhadap agama

· Berada dalam keadaan tenang

· Dapat menghidupkan hati yang telah mati akibat lalai dengan tuntutan agama



8. KERUGIAN KEPADA ORANG YANG TIDAK BERZIKIR

· Terdedah dengan perkara yang dimurkai Allah kerana ia mudah dikuasai syaitan dan sukar mengawal nafsu

· Lupa kepada tanggungjawab terhadap agama

· Berada dalam keadaan gelisah

Popular Posts